Sabtu, 23 Juni 2012

pengendaliaan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit



PENGENDALIAN ULAT KANTONG (CLANIA SP) PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(elaesis guineensis jacq)*



ANDI PRANALDO**)

1011321031


Abstrack

Palm trees (elaesis guineensis Jacq) bersal of such Barat.walaupun Africa, palm oil was suitable to be developed in Indonesia.hingga now diusahakn palm oil plantations and mills in the form of palm oil by about seven largest producers including Indonesia negra. Including oil palm plantations also very tolerant of environmental conditions that are less baik.namun, to produce a healthy and robust growth and high production yield in the range of environmental conditions require a specific (also called full grown palm trees). Climatic conditions, soil and shape of the region is a major environmental factor affecting keerhasilan pengembngan palm trees, in addition to other factors.
Some kind of caterpillar pests bags considerable potential to cause damage to plant oil palm is a caterpillar bag Clania sp. On oil palm plantations. From observations on arel palm plantations in the conservation area in plantations found some sort of caterpillar pests that attack the pockets of oil palm plantations in both the nursery and in the field, the caterpillar Metisa Plana bags, Mahasena corbetti, Cremastopsyche Pendula, Brac hycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp. And Cryptothelea cardiophaga. The most dominant types found in both populations and the damage field is Metisa Plana and Mahasena corbetti.
Materials and equipment buckets, drilling machines, gauges, and cleaning the hole, dose, water, clay and insecticides containing the active ingredient metamidofos 200/lite or 600 g / liter
Carried on in PT Nusa Bumireksa True (Ninamas Group) tagal Held on March 10, 2011 to 15 January 2012.
Bag worm attack is marked by the appearance of the plant canopy dry plant burning. Basri (1993) showed that the loss of leaves can reach 46.6%. Plants of all ages are vulnerable to worm attack pockets, but more likely to occur in plants harmful to the age of more than 8 years. This situation may arise from the ease of deployment bag worms on older plants because of overlapping between the leaf midrib.




*)Telah diseminarkan pada pratikum TPI  tgl …..2012
**)Mahasiswa Politeknik Negeri Payakumbuh Program Studi Manajemen Perkebunan semester IV

Keywords: caterpillar control bags, clania s

I.  PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (elaesis guineensis jacq) bersal dari Afrika Barat.walaupun demikian,kelapa sawit ternyata cocok dikembangkan di Indonesia.hingga kini kelapa sawit telah diusahakn dalam bentuk perkebunan dan pabrik kelapa sawit oleh sekitar tujuh negra produsen terbesar.kelapa sawit juga termasuk tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.namun,untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi di butuhkan kisaran kondisi lingkungan tertentu ( sebut juga sarat tumbuh tanaman kelapa sawit).kondisi iklim,tanah dan bentuk wilayah merupakan factor lingkungan utama yang mempengaruhi keerhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit,disamping factor lainnya seperti tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis yang di berikan.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. African Oil Palm (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.
Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.                                                                                                                                                       Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, Mesoskarp, serabut buah, Endoskarp, cangkang pelindung inti Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.                                                                                                                                                      Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Evaluasi lahan bagi tanaman kelapa sawit merupakan aktipitas menilai kecocokan potensi sumberdaya lahan yang meliputi faktor iklim,tanah dan bentuk wilayah dengan persaratan tumbuh tanaman kelapa sawit.apabila kondisi lahandari wilayah tersebut sesuai dengan persaratan tumbuh tanaman kelapa sawit,maka lahan tersebut di kategorikan sebagai lahan potensial untuk dikembangkan bagi perkebunan kelapa sawit.
Selain itu juga ada beberapa jenis hewan dari kelompok mamalia yang bisa menyebabkan kerugian yang tidak sedikit pada lahan pekebunan kelapa sawit.tindakan pembrantasan atau pun pencegahan dari hama yang prinsipnya banyak dilakukan oleh masyarakat atau pun perkebunann.

2.2. Permasalahan

            Beberapa jenis hama ulat kantong yang cukup potensial menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit adalah ulat kantong Clania sp. pada tanaman kelapa sawit.  Dari pengamatan pada arel perkebunan tanaman kelapa sawit pada kawasan konservasi di perkebunan ditemukan beberapa  jenis hama ulat kantong yang menyerang tanaman kelapa sawit baik di pembibitan maupun di lapangan, yaitu ulat kantong Metisa plana, Mahasena corbetti, Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp. Dan Cryptothelea cardiophaga. Jenis paling dominan yang ditemukan di lapangan baik populasi maupun kerusakannya adalah Metisa plana dan Mahasena corbetti.




1.3.  Tujuan
            Adapun tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah untuk melatih penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah yang baik dan benar, serta menyajikan informasi kepada pembaca tentang pemanfaatan kelapa sawit, dan membuka  peluang  lapangan  kerja  baru  kepada  para pembaca.


II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Pengertian pengendalian

Keterbatasan insektisida kimiawi dan lambatnya pengendalian biologi ulat kantong akan menyulitkan pengendalian apabila terjadi eksplosi hama secara besar-besaran. Penggunaan perangkap feromon menjadi salah satu solusi yang terbaik dalam mengendalikan hama ini. Imago yang tertangkap merupakan ngengat jantan, dimana hanya yang jantan yang mampu terbang sedangkan betina tetap berada di dalam kantongnya. Feromon ini merupakan senyawa kimia yang diekstraksi dari ngengat betina. Penggunaan feromon ini akan sangat efektif memutus siklus hidup hama. Hanya saja, keberadaannya saat ini belum ditemukan.
            Berbagai jenis ulat pemakan daun kelapa yang di kenal seperti ulat api dan ulat kantong ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS). Ulatkantong kelihatan halus permukaan luarnya, berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan bawah daun. Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari. Ngengat M. plana betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir selama hidupnya.Telur menetas dalam waktu 18 hari. Ulat berukuran lebih kecil dibandingkan dengan M. corbetti yakni pada akhir perkembangannya dapat mencapai panjang sekitar 12 mm, dengan panjang kantong 15-17 mm. Ngengat M. corbetti jantan bersayap normal dengan rentangan sayap sekitar 30 mm dan berwarna coklat tua. Seekor ngengat M. corbetti betina mampu menghasilkan telur antara 2.000-3.000 butir (Syed, 1978). Telur menetas dalam waktu sekitar 16 hari. Ulat yang baru menetas sangat aktif dan bergantungan dengan benang-benang liurnya, sehingga mudah menyebar dengan bantuan angin, terbawa manusia atau binantang.
Ulat sangat aktif makan sambil membuat kantong dari potongan daun yang agak kasar atau kasar. Selanjutnya ulat bergerak dan makan dengan hanya mengeluarkan kepala dan kaki depannya dari dalam kantong. Ulat mula-mula berada pada permukaan atas daun, tetapi setelah kantong semakin besar berpindah menggantung di bagian permukaan bawah daun kelapa sawit. Pada akhir perkembangannya, ulat dapat mencapai panjang 35 mm dengan panjang kantong sekitar 30-50 mm. Stadia ulat berlangsung sekitar 80 hari. Ulat berkepompong di dalam kantong selama sekitar 30 hari, sehingga total siklus hidupnya adalah sekitar 126 hari. Pengetahuan tentang siklus hidup secara utuh sangat berguna di dalam managemen pengendalian hama ini. Dengan informasi ini, rantai terlemah dari siklus hidupnya didapat sehingga akan membantu dalam menentukan waktu tindakan pengendalian yang tepat.
Informasi siklus hidup juga akan memberikan pemahaman biologi yang lebih baik untuk
pengelolaan hama.


2.2. Hipotesis
            Pengendalian ulat kantong pada tanaman kelapa sawit (elaesis guineensis jacq) untuk meningkatkan hasil produksi.


III. METODE PELAKSANAAN
            BAhan dan alat ember, mesin bor, alat pengukur dan membersihkan lobang, takaran, air,  tanah liat dan insektisida yang mengandung bahan aktif metamidofos 200/lite atau 600 g/liter
Di laksanakan di PT Bumireksa Nusa Sejati (Ninamas Group) Dilaksanakan pada tagal 10 Maret 2011 sampai 15 January 2012.






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
   4.1.1. Ciri-ciri penyerangan ulat kantong
Ciri-ciri penyerangan ulat kantong adalah daun akan melidi dan dapat menurunkan jumlah janjangan, dan dibutuhkan waktu yang lama  untuk normal kembali, hama harus dimonitor dengan sungguh-sungguh dan segera dikendalikan jika telah sampai masa kritis.                 Serangan ulat kantong ditandai dengan kenampakan tanaman tajuk tanaman yang kering seperti terbakar. Basri (1993) menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat mencapai 46,6%. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun. Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan.
  1. Cara penentuan tingkat serangan / penga- matan dini.                                            Frekwensi dan intensitas sensus berbeda beda berdasarkan keadaan lingkungan setempat
Tabel – 2 Level seranganUlat Kantong
Level Serangan
Jumlah serangan ulat kantong
Mahasena corbeti
Metisa plana
Crematopsyche pendula
TBM
TM
TBM
TM
TBM
TM
Ringan
< 3
< 7
< 25
< 50
< 30
< 65
Sedang
3 - 4
7 - 9
25-34
50-69
30-44
65-89
Berat
≥ 5
≥ 10
≥ 35
≥ 70
≥ 45
≥ 90



Tabel criteria tingkat serangan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit
No
Ringan/ pelepah
Sedang/ pelepah
Berat/ pelepah
1
< 10
10    – 20
>20
Kusus untuk ulat kantong Clania sp tingkat serangan ringanya apabila populasi per pelepah kecil dari 5 larva.
4.1.2.  Pengendalian Ulat Kantong
            Hama ulat kantong dapat dikendalikan dengan beberapa cara diantaranya:
A.    Pengendalian Biologi

1. Parasitoid
Parasitoid memiliki potensi untuk mengendlikan hama secara biologi. Manipulasi lingkungan yang tepat untuk mengendalikan hama ini karena tindakan ini akan memodifikasi lingkungan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan musuh alami.

Parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi M. plana. Diantara parasitoid primer, Goryhus bunoh, hidup paling lama (47 hari) sedangkan hiperparasitoid yang hidup paling lama adalah P. imbreus. Dolichogenidea metesae merupakan parasitoid paling penting (Basri et al., 1995) yang berkembang baik pada tanaman Cassia cobanensis, termasuk Asystasia intrusa, Crotalaria usaramoensis, dan Euphorbia heterophylla. Kecuali A. intrusa, keberadaan tanaman ini akan bermanfaat karena memberikan nektar untuk parasitoid.

2. Bacillus thuringiensis
Penggunaan Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai insektisida biologi mempunyai banyak keuntungan; toksisitasnya hanya pada serangga target, dan umumnya tidak membahayakan musuh alami, manusia, ikan dan kehidupan lain. Meskipun telah ada percobaan oleh beberapa kebun dalam menggunakan Bt untuk pengendalian ulat kantong, tetapi hanya sedikit keberhasilannya.

B.      Pengendalian Secara Kimiawi

Ulat kantong dapat dikendalikan dengan penyemprotan atau dengan injeksi batang menggunakan insektisida. Untuk tanaman yang lebih muda (< umur 2 tahun), knapsack sprayer dapat digunakan untuk penyemprotan. Untuk tanaman lebih dari 3 tahun, aplikasi insektisida dapat menggunakan fogging atau injeksi batang. Monocrotophos dan methamidophos merupakan dua insektisida sistemik yang direkomendasikan untuk injeksi batang (Hutauruk dan Sipayung, 1978). Karena bahan bakunya adalah bahan kimia yang sangat berbahaya, ijin harus diperlukan dari Komisi Pestisida untuk tujuan dan cara aplikasi dan saat ini sudah tidak dikeluarkan lagi.

4.2. Pembahasan
            Dari hasil analisis data di peroleh bahwa pengendalian ulat kantong sangat berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman


KESIMPULAN


Dalam tersusunya tugas Karya Tulis Ilmiah ( KTI ) ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa hama Ulat kantong merupakan hama yang sangat ganas yang merusak daun tanaman kelapa sawit dan mengurangi pendapatan produksi akibat hama yang menyerang kelapa sawit.untuk itu dilakukan pengendalian hama ulat kantong dengan berbagai cara pengendalian


DAFTAR PUSTAKA


http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/01/14/antisipasi-
S,djoehana. 1991. Budidya kelapa sawit. Penerbit Kanisius, 62 hal, Yogyakarta
Tim penulis ps. 1992. usaha budi daya pemanfaatan budidaya kelapa sawit.
U,Adlin lubis. 1992. Kelapa sawit di Indonesia. RIMBOW Off set, 433 hal, Sumatera utara.
Saragih bungaran ps. 2008 Kelapa sawit. Penerbit Perpustakaan Nasional, 185 hal (411 hal)
.